Sunday, January 11, 2015

Ravelt- The World of Jokes (Part 2)



[Akasha Eterna]

Sebuah dimensi diantara dimensi lain yang tak terhitung jumlahnya.

Hal yang dapat diingat dengan mudah dari tempat ini adalah keberadaan dunia, yang saling berhadap-hadapan dengan posisi bagaikan berhadapan dengan cermin. Dunia yang sangat kontras antara yang satu dengan lainnya.

Satu adalah [Akasha], dunia fantasi dimana para dewa, beserta makhluk mitos yang aneh dan unik tinggal.

Sementara yang lain disebut [Eterna], dunia tempat para manusia normal tinggal, dengan teknologi yang tidak jauh berbeda dengan tempat kita sekarang.

Berbagai macam konflik telah terjadi, membuat kedua dunia ini selalu bermusuhan dan dilanda perang secara terus menerus. Tapi itu semua terjadi di masa lampau.

Insiden skala masif yang terjadi sebelumnya membuat kedua dunia ini berdamai.

[Ten Commandements of Revolution]

Grup yang terdiri dari sepuluh orang, yang semuanya telah menerima kekuatan dari dewa yang memihak manusia.

Singkat cerita, dengan melalui perjalanan yang panjang, grup ini berhasil mencapai tujuannya: Mengembalikan kedamaian pada kedua dunia. Walaupun seperti yang orang bijak katakan, tidak ada pencapaian tanpa pengorbanan.

Sembilan dari sepuluh orang telah menjemput sang kematian.

Yang terakhir, bisa dilihat keadaannya.

Seorang pria sedang duduk di sebuah singgasana emas. Rambutnya pirang berponi kebawah, dengan mata berwarna biru layaknya orang eropa. Bajunya mirip sekali dengan orang kantoran: Kemeja putih, celana kain hitam, dan sepatu pantofel. Dipundaknya tersampir sebuah jubah berwarna merah berkilauan, dengan bulu entah-apa-namanya menghiasi pinggiran jubah. Di tangannya terletak sebuah tongkat emas, dengan ujung tongkat bertahtakan batu ruby merah berbentuk lancip.

Ravelt Tardigarde.

Satu dan satu-satunya anggota [Ten Commandements of Revolution] yang masih hidup. Setelah berhasil melanjutkan perjuangan teman seperjuangannya yang sudah tiada, dia berhasil menyatukan kedua dunia dan menjadi rajanya.

Hari ini adalah hari penobatannya.

"Ah tuan, kenapa kau masih disini?"

Ravelt tertegun sebentar, kemudian menoleh ke arah suara yang memanggilnya. Dihadapannya sekarang berdiri seorang wanita yang memakai baju zirah hijau dengan rambut pirang yang tergerai hingga lutut. Matanya yang biru cerah memandang Ravelt dengan penuh keheranan, kenapa tuannya tidak berada di tempat yang seharusnya.

"Maaf, aku sedang memikirkan sesuatu."

"Kalau ada sesuatu yang mengganggu pikiran tuan, aku, Alice Cradle sang Valkyrie tidak akan segan untuk menuntaskannya."

"Tidak perlu repot, dan jangan memanggilku dengan kata "tuan". Kita hanya berdua disini, jadi tak perlu bersikap formal. Panggil saja diriku seperti dulu saat kita masih dalam masa perjuangan."

"A-ah..iya, maaf...sepertinya aku terlalu tegang karena penobatanmu."

"Santai saja."

"Ini."

Sebuah gulungan kertas diterima oleh Ravelt dari Alice, yang berisi tulisan yang ditulis 
menggunakan cara abad pertengahan. Tinta kertas dan pena bulu. Sang raja yang sedang duduk diatas singgasana hanya memasang wajah penuh tanda tanya.

"Ini...apa?"

"Ini jadwal acara penobatanmu selama satu minggu ke depan."

"Uhh...Alice?"

"Ya?"

"Jangan bilang kalau kau tidak menuliskannya dalam bentuk data digital."

"Data digital? Apa itu?"

"Astaga! Alice! Komputer!Komputer! Jangan bilang kalau kau tidak tahu cara memakainya."

"Tapi aku memang tidak......"

Tanpa diduga, sebuah kepalan tangan mendarat di atas kepala gadis yang malang itu.

"Hauuu....sakit....."

"Kali ini kau kuampuni."

"Huh, raja kejam! Kenapa kau melakukan ini padaku?"

"Karena aku rajanya. Sekarang, menurut jadwalmu aku harus berada di atas panggung untuk memberikan kalimat pembuka yang inspiratif sebagai awal terbentuknya aliansi satu jam lagi, jadi ayo kita pergi."

"Uh, Kau pasti akan menjadi seorang diktator........"

"Sudahlah, itu salahmu."

Sang raja kemudian melangkah dengan cepat, disusul dibelakangnya seorang gadis yang melangkah dengan segan.

No comments:

Post a Comment